Perubahan Drastis Kepribadian Atlet Bandung Fidya: Itikaf Hingga Gaya Busana tertutup Total

Fidya Kamalinda, seorang atlet dari Bandung, Jawa Barat, yang hilang tanpa jejak selama satu dekade, rupanya telah mengalami perubahan karakter sebelum lenyap dari perspektif publik.

Pernyataan tersebut sempat disampaikan oleh orangtua Fidya Kamalinda ketika mereka mengadukan masalah kepada DPRD Kota Bandung, Jawa Barat.

Kehilangan Fidya Kamalinda, seorang petarung taekwondo dari Jawa Barat, sempat mengejutkan publik secara luas terutama warga di Kota Bandung pada tahun 2015 lalu.

Dikenal sebagai peserta Pekan Olahraga Nasional (PON), Fidya mendadak lenyap tanpa bekas.

Orangtua dari Fidya, yaitu Himawan Dede Indriyani serta Khodijah, pernah melaporkan masalah tersebut ke pihak berwajib.

Pada saat tersebut, mereka mengajukan permohonan untuk mendapatkan bantuan dalam pencarian putra mereka yang sudah hilang tanpa berita selama bertahun-tahun.

Pada rapat bersama DPRD Kota Bandung, Khodijah hadir bersama Ketua KPAID Kota Bandung, Andri Muhammad Saftari.

Di depan Ketua Komisi D DPRD Kota Bandung, Ahmad Nugraha, dan anggotanya Wili Kuswandi, mereka mengisahkan bagaimana terjadinya hilangnya Fidya.

Bermula dari Itikaf

Menurut Khodijah dan Hindarto, perubahan sikap Fidya mulai terlihat setelah mengikuti itikaf di Jalan Subang, Kompleks Antapani, pada 17 September 2025.

"Kegiatan tersebut dilarang karena diadakan pada malam hari tanpa ada alasan yang jelas," ungkap Hindarto, demikian dilaporkan oleh Bandung Ekspres.

Setelah kejadian tersebut, Fidya yang dulunya ceria tiba-tiba menjadi pemalu dan memulai untuk memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Itu membuat kami was-was dan curiga," tambahnya.

Puncak kejadian ini akan terjadi pada tanggal 26 November 2025. Fidya secara mendadak meninggalkan tempat tinggalnya lalu berjalan kaki hingga sampai di suatu titik di seberang warung internet yang ada di Jalan Cipamokolan, di mana dia pun ditjemput oleh orang lain disana.

"Berita tersebut kita dapatkan dari orang yang melihat langsung kejadian," ungkap Khodijah.

Sejak saat tersebut, kedua orang tuanya berupaya menemukan lokasi Fidya sambil menginformasikan masalah ini kepada sejumlah instansi, seperti DPRD Kota Bandung serta kepolisian.

Surat Ancaman dan Diduga Kasus Penculikan

Khodijah menyatakan, di saat Fidya pergi, mereka mendapati seluruh benda bernilai milik putrinya sudah lenyap, bahkan dokumen-dokumen krusial pun ikut hilang.

Apa yang kita temukan hanya berupa sebuah surat dengan nada ancaman. Oleh karena itu, kita telah melapor tentang insiden tersebut kepada Polrestabes Bandung.

Satu poin dalam laporannya ialah dugaan bahwa Fidya dikabarkan dipaksa berpindah keyakinan," demikian kata Khodijah.

Ternyata, pada tanggal 3 Desember 2016, ponsel Fidya akhirnya terhubung kembali.

Tetapi, orang yang menerima telepon itu bukanlah Fidya, melainkan seorang lelaki yang menyebut dirinya sendiri sebagai R. Yuri Junjunan.

Dia (Yuri) bersumpah akan mengembalikan buah hati kita.

Namun, itu tidak pernah terjadi.

Justru, dia malah menantang kami untuk melaporkannya ke polisi," lanjutnya.

Menikah Tanpa Izin Keluarga

Pada tanggal 20 Desember 2015, Fidya sempat menyentuh orang tuanya, menanyakan agar mereka jangan mencarinya sebab dia tengah berpartisipasi dalam program tahfiz Al-Quran di sebuah asrama khusus wanita yang terletak di Cicaheum.

Selanjutnya, pada 6 Februari 2016, Yuri secara resmi ditangkap oleh masyarakat dan diantar kepada Polda Jawa Barat.

Akan tetapi, polisi malah menyarankan agar Fidya dan Yuri pulang ke rumah orang tua Fidya, namun situasi tersebut tak kunjung terwujud.

Khodijah merasa kaget ketika mendapati informasi bahwa Fidya dan Yuri sudah berumahtangga pada tanggal 5 Desember 2015 tanpa persetujuan dari keluarga. Bahkan pernikahan tersebut direkam secara resmi di KUA Kota Bekasi pada tanggal 23 Desember 2015.

"Orang tuanya tidak pernah mendapatkan izin untuk menikah dari kami sebagai orangtua. Setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata dokumen perkawinan tersebut palsu. Kini kita bersama keluarga berusaha keras agar keadilan ditegakkan; supaya anak bisa dikembalikan kepada kami yang merupakan orangtuanya, sementara pelaku harus diproses hukumnya," jelas Hindarto dengan tegas.

Terkait tuduhan penipuan berkas dan kidnap, akhirnya keluarga mengajukan pelaporan terhadap perkara tersebut kepada Polda Metro Jaya di bulan Februari tahun 2015 yang lalu.

Fidya Timbul Setelah 10 Tahun

Setelah berlalu hampir satu dekade tanpa kabar, akhirnya Fidya Kamalinda kembali terlihat oleh publik usai kedua orang tuanya menjadi sorotan di media sosial.

Orang tua dari Fidya Kamalinda mendapat perhatian luas setelah mereka merengekkan bantuan pada Presiden Prabowo Subianto serta Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi guna mencari keberadaan anaknya yang sudah hilang semenjak tahun 2015.

Hindarto serta Khodijah merasakan kesedihan ketika putri mereka, Fidya Kamalinda, hilang tanpa kabar sampai tahun 2025.

Padahal kata Hindarto dan Khodijah, Fidya adalah sosok berprestasi di bidang taekwondo sekaligus kebanggaan Jawa Barat.

Dicari-cari orang tuanya di media sosial, Fidya Kamalinda akhirnya buka suara.

Dengan menggunakan akun media sosialnya, Fidya mengungkap ketidakjujuran orangtuanya yang kemudian menjadi perbincangan publik.

Sambil matanya berkaca-kaca, Fidya menyatakan tegas bahawa dia bukanlah mangsa pengangkutan paksa.

Wanita berumur 30 tahun tersebut mengklaim bahwa perjalanannya merupakan pilihan pribadinya.

Alasan Fidya Kabur

"Bismillah Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, kenalkan saya Fidya Kamalinda," kata Fidya Kamalinda.

"Saya di sini untuk menanggapi berita yang beredar di media social tentang diriku yang pertama terkait kasus penculikan, saya ingin mengatakan itu adalah fitnah. Saya keluar rumah atas dasar keinginan saya sendiri," tegasnya.

Fidya Kamalinda kemudian menceritakan alasan-alasannya mengapa dia melarikan diri dari rumah.

Mengikuti pengakuannya, Fidya Kamalinda mengatakan sejak masih muda dia sudah menjadi mangsa perlakuan keras sang bapak.

Fidya Kamalinda mengatakan bahwa ia pertamakali diperlakukan dengan kekerasan oleh ayahnya saat berusia 5 tahun.

Tindakan kekerasan itu terus-menerus berlangsung sampai dia tumbuh menjadi orang dewasa.

"Bahwa aku telah mengendalikannya selama ini. Kenapa aku mau meninggalkan rumah? Sebab aku sudah ditangani dengan keras oleh bapakku sejak usia muda," jelas Fidya Kamalinda.

"Kebrutan pertama yang dialami dari sang ayah saat usia 5 tahun adalah dipukul, didorong, serta digiring oleh ayah kandungnya sendiri. Perilaku tersebut berlangsung secara berturut-turut selama beberapa tahun," jelasnya.

Fidya Kamalinda menuduh bahwa tindakan kekerasan yang dialaminya terjadi akibat ambisi ayahnya, dengan harapan anak perempuannya dapat meraup pendapatan dari karier sebagai atlet Taekwondo.

"Sayangnya, saya tak paham alasannya, bisa jadi karena dia memiliki ambisi besar supaya saya dapat menghasilkan banyak uang. Upayanya belum menuai hasil di masa lalu dan mungkin masih begitu hingga kini," ungkapnya.

"Saat masih anak-anak, orang tua saya hanya bergantung pada seorang pelatih taekwondo yang menetap di rumah kami untuk membayar biaya hidup kita, hal ini terdengar aneh karena dia bahkan bukan guru bagi saya," tambahnya.

Bukan hanya karena disiksa, Fidya Kamalinda juga sangat kesal dengan tingkah laku orang tuanya yang selalu mengunjungi dukun sebelum dia berlomba.

"Saya sering diajak orang tua untuk pergi ke dukun. Tiap kali hendak bertanding, mereka membawaku ke dukun, minta ramuan penglaris, minum air doa, lalu mandi dengan kelopak bunga, ritual tersebut selalu kami lakoni sebelum ikut kompetisi," jelas Fidya Kamalinda.

"Terkadang aku merasa kebingungan. Mengapa semuanya harus begitu," katanya.

Menderita sakit jiwa dan tubuh, Fidya Kamalinda memutuskan untuk merahasiakannya selama bertahun-tahun.

Fidya Kamalinda mengaku bingung untuk bercerita ke siapa soal penderitaannya, pasalnya ia yakin tak akan ada yang mempercayai ucapannya.

Saat berusia 21 tahun, Fidya Kamalinda memutuskan untuk meninggalkan pengaruh orangtua pada hidupnya.

"Pada saat itu usia saya telah mencapai 21 tahun. Saya mulai yakin bahwa dapat menentukan jalannya hidup sendiri. Kenapa saya begitu berani? Sebab sudah merasa letih setelah bertahun-tahun," ungkap Fidya Kamalinda.

"Saya merasa memiliki hak penuh atas kehidupan saya sendiri. Walaupun mereka mengatakan, Anda harus berterima kasih telah diasuh oleh kami. Mengapakah seseorang mau lahir ke dalam dunia ini?" tuturnya.

Lebih baru Lebih lama